Renungan Ramadhan

Essay ini sudah usang krn lbh 17 thn yg lalu ditulisnya, tapi ruhnya masih tetap segar  sesekali kadang pengen mengulanginya u/sekedar asyik direnungkan. ...

SALEH DAN MALU

Beruntung, saya pernah mengenal tiga orang saleh. Ketiganya tinggal di daerah yang berbeda, sikap dan pandangan agamis mereka berbeda, dan jenis kesalehan mereka pun berbeda.

Saleh pertama di Klender, orang Betawi campuran Arab. Ia saleh, semata karena namanya. Orang  menyukainya karena ia aktif siskamling meskipun bukan pada malam-malam gilirannya.

Orang kedua, Haji Saleh Habib Farisi, orang Jawa. Agak aneh memang, Habib Farisi sebuah nama Jawa. Tapi ia saleh dalam arti sebenarnya. Minimal kata para anggota jamaah masjid kampung itu. Jenggotnya panjang. Pici putihnya tak pernah lepas. Begitu juga sarung plekat abu-abu itu. Tutur katanya lembut, seperti Mas Danarto. Ia cekatan memberi senyum kepada orang lain. Alasannya: "senyum itu sedekah". Kepada anak kecil, ia sayang. Hobinya mengusap kepala bocah-bocah yang selalu berisik pada saat salat jamaah berlangsung. Usapan itu dimaksudkan agar anak-anak tak lagi bikin gaduh.